Kamis, 07 Oktober 2010

MEMINIMALKAN BAHAYA ZAT-ZAT ADITIF PADA MAKANAN

Meski tidak semua bahan pengawet berbahaya, orang tua hendaknya tetap berhati-hati. Bahan pengawet yang dikatakan aman, jika dikonsumsi melebihi dosis maksimum pun tetap berbahaya.
A dakah makanan dalam kemasan yang tanpa bahan pengawet? Rasanya pertanyaan tersebut terdengar aneh di zaman sekarang ini. Betapa tidak, nyaris setiap hari perut kita tak pernah absen menerima pasokan makanan berbahan pengawet. Jajanan bocah di warung-warung, juga aneka camilan dan minuman di supermarket semuanya diduga kuat mengandung bahan makanan berpengawet. Bahkan, aneka saus dan selai pun mengandung bahan pengawet. Terlebih sumber makanan hewani dan nabati yang dikemas dalam kaleng. Dokter kandungan biasanya tidak menganjurkan ibu hamil mengonsumsi makanan dalam kemasan kaleng ini.
Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo, ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan pedagang.
Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna merah segar. Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh hati untuk membelinya.
Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro, Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga. Ada GRAS ( Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Jenis berikut adalah ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen. Terakhir adalah zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya seperti boraks, formalin dan rhodamin B. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.

PENGAWETAN ALAMI

* DENGAN GARAM
Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak memiliki riwayat hipertensi.

* DENGAN SUHU RENDAH
Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak makanan.
Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan tersebut.

* DENGAN PENGERINGAN
Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak.
Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal, proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa tumbuh pada makanan yang berarti tidak aman lagi dikonsumsi.
Lebih lanjut, ahli gizi yang kerap disapa Ndung ini menuturkan, berdasarkan Permenkes No.722/88 terdapat 25 jenis pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Meski termasuk kategori aman, hendaknya bahan pengawet tersebut harus digunakan dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan.


BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN:

1. asam benzoat,
2. asam propionat,
3. asam sorbat,
4. sulfur dioksida,
5. etil p-hidroksi benzoat,
6. kalium benzoat,
7. kalium sulfit,
8. kalium bisulfit,
9. kalium nitrat,
10. kalium nitrit,
11. kalium propionat,
12. kalium sorbat,
13. kalsium propionat,
14. kalsium sorbat,
15. kalsium benzoat,
16. natrium benzoat,
17. metil-p-hidroksi benzoat,
18. natrium sulfit,
19. natrium bisulfit,
20. natirum metabisulfit,
21. natrium nitrat,
22. natrium nitrit,
23. natrium propionat,
24. nisin, dan
25. propil-p-hidroksi benzoat.

BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN NAMUN KURANGAMAN

B eberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.

* Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.

* Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.

* Kalium nitrit
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet.
Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.

* Kalsium Propionat/Natrium Propionat
Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.

* Natrium Metasulfat
Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit.

* Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.

BAHAN PENGAWET YANG TIDAK AMAN

* Natamysin
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.

* Kalium Asetat

Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.

* Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.

ZAT PENGAWET YANG DIBOLEHKAN

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, M.S, M.Kes, SpFK, mengatakan, ada beberapa bahan pengawet yang memang diperbolehkan untuk makanan dan minuman yang diperkenankan badan dunia. Hal ini ditetapkan dalam Kepmenkes (Keputusan Menteri Kesehatan). "Tentunya Menteri Kesehatan membuat suatu keputusan bukan begitu saja. Karena di dunia ada komite yang terdiri dari pakar dari WHO, FAO dan perwakilan dari 185 negara yang menetapkan bahan-bahan tambahan apa yang boleh ditambahkan dalam makanan dan minuman dalam jumlah yang telah ditentukan. Termasuk pemanis, pengawet, pengempal, dan sebagainya."
Menurut Akib, pengawet yang digunakan pada minuman ringan yang banyak diberitakan (natrium benzoat dan kalium sorbat) adalah bahan pengawet yang diperbolehkan penggunaannya dalam makanan. Tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga oleh negara lain. "Produk-produk Mizone, Zetporto, Mogu-mogu, Jungle Juice dan Zesttea adalah produk-produk yang kandungan isinya tidak berbahaya karena mengandung bahan pengawet yang diperbolehkan/diizinkan. Kami melakukan penarikan terhadap produk-produk tersebut karena melanggar ketentuan pelabelan. Jadi, bukan karena isinya mengandung bahan berbahaya."
Senada dengan Akib, Didi Nugrahadi, Marketing Director PT Tirta Investama menjelaskan, bahan pengawet kalium sorbat dan natrium benzoat aman digunakan dalam produk makanan dan minuman. Demikian persetujuan BPOM dan badan-badan otoritas internasional dalam keamanan pangan seperti FDA (Badan Administrasi Pangan dan Obat di Amerika Serikat), EU (Uni Eropa), FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian), WHO (Badan Kesehatan Dunia), serta CODEX (badan standarisasi pangan internasional).
"Persetujuan ini telah melalui pengujian ekstensif yang membuktikan bahwa kedua bahan pengawet tersebut aman untuk kesehatan yang diatur dalam Permenkes No.722/Menkes/IX/88. Kedua bahan tersebut telah digunakan secara luas dalam berbagai produk makanan dan minuman di Indonesia maupun di mancanegara, sejak lebih dari 50 tahun lalu," papar Didi.
Menurut Didi, pernyataan yang mengklaim bahwa kalium sorbat dan natrium benzoat berbahaya dan menyebabkan penyakit Lupus adalah sama sekali tidak benar, tidak bertanggung jawab dan tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah. "Demikian pula mengenai berita akan adanya penarikan produk Mizone dikarenakan produknya berbahaya adalah tidak benar. Mizone sudah mendapatkan persetujuan BPOM serta aman untuk dikonsumsi. Masyarakat dapat tetap mengkonsumsi Mizone seperti biasa," tambah Didi.

SEKILAS TENTANG BAHAN PENGAWET

Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi makanan. Natrium Benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya oleh FDAdan telah digunakan oleh para produsen makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme (jamur).
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan. Sodium Benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami terdapat pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain.
International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut.
Sementara Kalium Sorbat dikenal juga dengan nama Potassium Sorbat. Potassium sorbat adalah garam potassium dari asam sorbic yang digunakan untuk menghentikan bertumbuhnya jamur. Potassium Sorbat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti air soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega, minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan yang difermentasi, roti, saos selada, susu, yoghurt, dan lainnya. Potassium Sorbat mempertahankan kualitas makanan dan minuman.

HASIL RISET
Hasil riset Sucofindo Jakarta (17-20 November 2006):

Produk yang mengandung pengawet natrium benzoat:

1. Zporto (376,17 mg/l)
2. Freez Mix (267,84 mg/l)
3. Arinda Sweat (286,08 mg/l)
4. Zhuka Sweat (214,15 mg/l)
5. Kino Sweat (260,86 mg/l)
6. Amazone (433,30 mg/l)
7. Boyzone (280,41 mg/l)
8. Amico Sweat (289,93 mg/l)
9. Pokap (263,39 mg/l).

Produk yang mengandung kalium sorbat:
1. Zegar (95,37 mg/l).

Produk yang mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
2. Mizone (107,28 mg/l dan 91,20 mg/l).

Berikut hasil riset M-Brio Bogor yang dikeluarkan 3 November 2006:
Produk yang mengandung kalium sorbat:

1. Mizone (Orange Lime) (113 mg/l)
2. Zegar (116 mg/l)

Produk yang mengandung natrium benzoat:

1. Freez Mix 120 mg/l.
2. Arinda Sweat (119 mg/l)
3. Zhuka Sweat (117 mg/l)
4. Kino Sweat (122 mg/l)
5. Amazon (118 mg/l)
7. Boyzone (123 mg/l)
8.V-Zone (120 mg/l)
9. Americo Sweat (121 mg/l)
10. Pokap (123 mg/l).

Laporan dari Bio Farmaka Research Center IPB Bogor:
Produk yang mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
Mizone (Passian Fruit dan Orange Lime) dan Jungle Jus.
Produk yang tak mengandung natrium benzoat dan kalium sorbat:
Vitazone, Pocari Sweat, Rezza Sportion, Nu Apple EC dan Jus AFI

Judul KTI KIMIA AMAMI

Judul KTI KIMIA AMAMI

- kandungan garam pada amami kemasan yang beredar luas di masyarakat..
- kandungan bahan pengawet pada amami kemasan bermerk
- bahan kimia campuran pada saus home industri
- kadar kaporit pada air PDAM dan pengaruhnya pada manusia dalam jangka panjan

Soal - Soal tentang kimia analis

Mata Pelajaran : Kimia Air, Makanan dan Minuman


Soal Pilihan Ganda


1. Bahan tambahan makanan anti kempal yang diijinkan menurut Permenkes no 722/MENKES/ PER/IX/88 adalah
a. Asam cuka c. Asam sitrat
b. MgO d. aspartam
2. Bahan pengawet asam propionate berguna untuk :
a. Memberikan rasa manis
b. Mencegah melunaknya makanan
c. Menghambat/ membunuh mikroorganisme
d. Mencegah dan menghambat oksidasi dari makanan
3. Bahan tambahan makanan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan adalah:
a. KBrO3 b. KClO4 c. Calsium laktat d. Jika a,b,c semua benar
4. Bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai pemanis yang di ijinkan adalah:
a. Dulcin b. Sakarin c. Siklamat d. Jika semua benar
5. Bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk pemutih dan mematangkan tepung adalah :
a. Natrium stearyl fumarat c. Polisorbat
b. Asam propionate d. AlNa Silikat
6. Zat pewarna yang dilarang sebagai Bahan tambahan makanan adalah
a. Oil yellow c. Rhodamin
b. Sakarin d. Jika a,b dan c semua benar
7. Bahan tambahan makan yang sering digunakan pada daging adalah :
a. Klorofil b. benzoat c. Karoten d. MSG
8. Jika diketahu wadah kosong A gram dan wadah + sampel B gram, kemudian dimasukkan kedalam oven lalu ke eksikator dan ditimbang kembali dengan berat C gram,maka kadar air sampel tersebut adalah:
a. A – B b. C – A c. B – A d. B - C
C - A B - A C – A B - A
9. Jika diketahu wadah kosong A gram dan wadah + sampel B gram, kemudian dimasukkan kedalam tanur lalu ke eksikator dan ditimbang kembali dengan berat C gram,maka kadar abu sampel tersebut adalah:
a .A – B b. C – A c. B – A d. B - C
C - A B - A C – A B - A
10. Bahan pengawet makanan yang biasa digunakan dalam makanan adalah :
a. Sulfit b. bromide c. perklorat d. permanganat

Menjodohkan

( jawaban lebih dari satu dan tidak boleh satu jawaban untuk dua nomor/soal )
1. Analisa kadar protein
2. Analisa karbohidrat/ kadar glukosa
3. Analisa kadar lemak
4. Analisa Kadar Alkohol
5. Kadar abu dan kadar air
6. Bilangan asam a. Campuran alkohol benzene
b. Kjeldahl
c. Gravimetri
d. Luff schorll
e. Piknometer
f. Soxlet
g. Tabung reaksi
h. Ekstraksi
i. Titrasi
j. Oven
k. Destruksi
l. Iodometri
m. Pendingin liebieg
n. Berat Jenis

ESSAY

Hitunglah kadar glukosa dalam sirup Jika berat sampel ditimbang sebanyak 5,..67 gram kemudian dimasukkan kedalam Labu ukur 100 ml + Zn asetat, K4Fe(CN)6 (1) dan norit dan aquadest sampai tanda garis, saring kedalam Erlemeyer 250 ml. 25,0 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam Labu ukur 250 ml (2) dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda garis, kemudian di pipet 25,0 ml larutan tersebut dimasukkan lagi ke Labu ukur 100 ml (3) kemudian diencerkan lagi dengan aquadest sampai tanda garis. 25,0 ml larutan ini dimasukkan kedalam Erlemeyer 250 + pereaksi dan batu didih dan didihkan sampai mendidih 10 menit tepat, dinginkan dan tambah 25 ml H2SO4 2 N dan 15 ml KI 20 % dan dititrasi dengan Na2S2O3 dengan Indikator amylum dengan volume titrasi sebanyak 25,.. ml. Titrasi blanko sebanyak 32,80 ml . (sebelum inversi). dan untuk sesudah Inversi volume titrasi 27,.. dengan jumlah pengenceran (400X).
Ditanyakan : 1. Kadar glukosa sebelum inverse
2. Kadar glukosa sesudah Inversi
3. Kadar saccharosa

Catatan : Isilah titik tersebut dengan dua angka terakhir dari No stambuk Adek-adek...he,.

Metode baru untuk mendeteksi hasil metabolisme







Para peneliti di Max Planck Institute for Chemical Ecology, Jena bersama dengan koleganya dari Czech Academy of Sciences di Prague telah berhasil mengembangkan metode baru yang lebih cepat dan lengkap untuk mendeteksi senyawa hasil metabolisme seperti, gula, asam lemak, asam amio, dan senyawa organik lainnya dari jaringan hewan ataupun tumbuhan.

Teknik baru ini disebut sebagai MAILD, didasarkan pada spektrofotometri massa yang sudah ada sebelumnya yaitu MALDI-TOF/MS. Seperti yang kita ketahui spektrofotometri massa adalah teknik analisa yang digunakan untuk menentukan komposisi dan struktur dari senyawa kimia. Dalam dua dekade terakhir spektrofotometri massa telah banyak digunakan dalam aplikasi biologis, terutama penentuan biomolekul besar. MALDI (Matrix-Assisted Laser Desorption/Ionization) dapat digunakan untuk menganalisa biomolekul besar seperti protein, sebelum di radiasi dengan sinar laser maka protein tersebut harus di co-kristalisasi dengan menggunakan senyawa kimia tertentu yang disebut sebagai “matriks”.

Penggunaan matriks dalam MALDI memiliki banyak kekurangan, sinar laser tidak hanya menghasilkan ion dari molekul yang dianalisa akan tetapi juga membentuk ion-ion dengan berat molekul kecil (<500 Da) yang berasal dari matriks. “Disebabkan adanya pengganggu ini maka kita tidak dapat menganalisa molekul kecil seperti senyawa metabolit yang memerankan peran penting dalam metabolisme makhluk hidup”, kata Aleš Svatoš kepala peneliti.

Para peneliti kemudian mencari cara bagaimana teknik yang akan dikembangkan dapat menganalisa molekul-molekul kecil dengan cepat dan akurat. Daripada mencari cara bagaimana menghilangkan ion matriks tersebut maka para peneliti kemudian mengganti matriks yang dipergunakan agar nantinya tidak mengganggu proses deteksi analit. Dengan bantuan kimia fisik dan organik, yaitu menggunakan dasar konsep Bronsted-Lowry maka para peneliti akhirnya berhasil untuk menyeleksi matriks yang tidak menggangu jalannya proses analisa analit akan tetapi matriks tersebut juga mampu meyediakan spectrum massa dari berbagai macam senyawa metabolit.

Dengan eksperimen yang diberi nama “Matrix-Assisted Ionization/Laser Desorption – MAILD”, para peneliti dapat dengan cepat dan lengkap menentukan lebih dari 100 analit yang berbeda dari sample berukuran kecil. “Analisa dari bagian daun tumbuhan Arabidopsis thaliana yang amat kecil kita memperoleh lebih dari 100 puncak spectra, dimana 46nya telah diidentifikasi. Menariknya diantara 46 senyawa tersebut 8 diantaranya adalah senyawa intermediet dari siklus kreb”, kata Rohit Shroff, siswa PHD dari India yang bersekolah di International Max Planck Research School

Teknik baru MAILD ini memungkinkan kita untuk mengukur berbagai macam specimen biologis dan medis. Dengan teknik ini memungkinkan hanya menggunakan satu tetes darah (kurang dari satu mikroliter) kita dapat menganalisa senyawa metabolisme yang terkandung dalam darah tersebut.

Jika para peneliti tersebut sukses tidak hanya mengidentifikasi senyawa metabolit tapi juga mengukur secara kuantitatif maka MAILD bisa digunakan sebagai alat analisa diagnosa medis yang cepat. Disebabkan penggunaan teknik ini yang mudah diaplikasikan terutama dalam bidang medis maka penemuan ini telh dilindungi oleh hak patent.